aku tidak ingin kaki

aku lumpuh tak bisa berdiri
saat semua orang bisa berlari

tapi aku punya sayap
aku tidak ingin kaki

aku tak punya yang mereka punya
mereka tak punya yang aku punya

aku tidak ingin kaki
aku tidak ingin yang mereka miliki

aku bukan nonamu

tuan, aku tidak akan menghamba apapun yang darimu
kau tau sekali itu
tidak sekarang, nanti, ataupun selamanya

tuan, mimpiku bukan mimpimu
tak usah kau repot begitu
simpan rasamu, aku bukan nonamu

cermin retak

aku yang retak

atau cerminku ?

aku nyaris tak bisa membedakannya

aku utuh saat berhadapan dengan cermin retak itu

retaknya menemani retakku

dibuatMu

ditempa ketiadaan aku pernah

kupikir itu adalah jalan pintas yang membawaku kesini sekarang

kepada keadaan dengan segala ke ada an

dikuruskan kekosongan aku pernah

kupikir itu adalah jalur pribadi menuju digemukkan aku dengan segala yang kini menjadi isi

Tuhan. aku pernah berpikir Dia lupa bahwa aku hanyalah daging

tapi ternyata aku yang lupa bahwa aku bisa membentuk ototku, atau tidak

terimakasih untuk segala siksa yang pernah memaksa, tapi aku terbiasa

sekarang semuanya bukan apa apa lagi

aku isi, aku penuh, aku kuat, aku bisa. 

dibuatMu. :)

dealova

aku marah

aku marah sekali menemukan serpihan serpihan rindu yang tak pernah sayu untukmu

diantara puing puing waktu yang berserakan tak berarah, aku masih akan selalu berhenti lagi disini

aku benci

aku benci sekali menemukan diriku masih terkulai lemah menikmati miliaran memori 

diantara tiang tiang kebohongan rasa yang kubangun hingga menjadi rumah tempatku tinggal, kamu adalah penghancur yang membuat semuanya sia sia

katakan

katakan bagaimana lagi aku bisa

mencabik menghardik rindu yang licik

katakan !! katakan dimana lagi aku bisa

membongkar mendobrak semua pintu yang mengarah pada pelukanmu

dealova, kamu dimana ? 

Satu Cinta

sehebat aku mencari, hanya Satu yang kutemui

aku beruntung

dihujam rasa ini hingga menembus jantung

tanpa bimbang

karena cintaku takkan tumbang

karena Ia sejati, 

aku takkan patah hati takkan terbagi

karena Ia abadi,

takkan pergi takkan mati

untuk Satu Cinta terbaik sepanjang masa

mencintaiMu, aku akan selamanya

aku ingin bersyukur

aku ingin bersyukur menemukanmu

sebelum selamanya datang ataupun tak pernah datang

aku ingin bersyukur mengenalmu

sebelum ketakutan itu hadir memaksaku menyangkalmu

aku ingin bersyukur memilikimu

sebelum entah dijadikan satu atau tetap satu

aku ingin bersyukur saat ini

sambil menunggu jawaban Tuhan suatu hari nanti

cermin dan topeng

kita mengenal topeng kita lalu jatuh lewat mata

kita buka topeng kita lalu jatuh lewat hati

aku tertawa

bagamana bisa kamu begitu serupa dengan aku ?

memasang topeng palsu agar dunia tak tahu

kita tersenyum

lalu terdiam

tanpa banyak bicara kita tahu siapa kita sebenarnya

karena kamu adalah cermin untukku

biarkan dunia menerka nerka

tinggalkan dunia bertanya tanya

cermin dan topeng itu

rahasia kita

silahkan

silahkan mengejar sampai terkapar

silahkan menangis sampai habis

silahkan teriak sampai serak

silahkan meminta sampai renta

kembaliku

tak sesederhana itu

separuh sayap

ada yang menuntunku menemukanmu, separuhku
aku hanya setengah sayap tanpamu
sebelum kau ada, aku berputar putar tanpa arah
di ketinggian rata rata
bukankah kau juga ?

disini saja, mengepakkan sayap bersama
kita bisa terbang lebih tinggi dari ini
berdua

ForELsket

di batas nyaris semua rasa membeku dan kaku,
kamu datang menghangatkannya

di batas mimpi yang beranjak pudar dari langkah kaki,
kamu hadir menyemangati

di batas nyaris tertutupnya pintu hati,
kamu mencoba memberi arti

atas nama trauma aku tak ingin cinta lagi
atas nama cinta kamu tunjukkan cara yang berbeda

aku hanya berharap aku tidak terlalu berharap

aku pecinta yang pernah terlalu patah hati
aku sedang tidak selera dipermainkan lagi

tapi, jika di batas segala yang nyaris mati kamu bersikeras memberi bukti
aku tak punya alasan untuk lebih jatuh cinta dari ini

aku dan aku yang lain

aku tidak sengaja berpapasan dengan aku yang lain
di bawah lampu merah kehidupan
di pesimpangan waktu menuju langit yang menjingga

ia adalah hati nuraniku sendiri
ia membawa pisau tajam dan menusukku tanpa permisi

aku tengah terkapar
menangis getir tanpa airmata
tertawa sinis tanpa suara
aku bernafas sekaligus tidak bernafas
aku hidup dan mati dalam waktu yang sama

seharusnya kita bertemu lebih awal
agar tak perlu menjadi musuh untuk diri sendiri
karena kamu adalah aku, hati nurani
bukan begitu ?
seharusnya aku mendengarkanmu lebih awal
agar kita bisa bersahabat setiap waktu

karena seharusnya memang begitu