aku tidak sengaja berpapasan dengan aku yang lain
di bawah lampu merah kehidupan
di pesimpangan waktu menuju langit yang menjingga
ia adalah hati nuraniku sendiri
ia membawa pisau tajam dan menusukku tanpa permisi
aku tengah terkapar
menangis getir tanpa airmata
tertawa sinis tanpa suara
aku bernafas sekaligus tidak bernafas
aku hidup dan mati dalam waktu yang sama
seharusnya kita bertemu lebih awal
agar tak perlu menjadi musuh untuk diri sendiri
karena kamu adalah aku, hati nurani
bukan begitu ?
seharusnya aku mendengarkanmu lebih awal
agar kita bisa bersahabat setiap waktu
karena seharusnya memang begitu
No comments:
Post a Comment