karya Zarry Hendrik
Seorang perempuan bersedih, menari sendirian. Sampai gelas ketiga alkohol yang telah ia teguk-habiskan, tak kunjung lenyap kesedihannya. Ada pahit yang ditambah.
Kering di tenggorokan, namun bola matanya basah.
Ia menari dengan menunduk, seperti beban yang berat adalah bayang-bayang di kepalanya.
Rambut hitam, panjang terurai menutup setengah wajahnya, seperti menutup setengah hidupnya.
Dan semua yang berada di sekitarnya, seakan samar. Tak jelas-jelas semua nampak.
Ada gaduh yang ia dengar. Kenangan-kenangan yang menjerit minta terulang. Melawan nada dan nyanyian yang diputar. Sementara orang-orang bersorak riang. Tangan-tangan terangkat keatas. Oh, betapa malangnya perempuan cantik yang menari seperti ikan hidup yang terlepas ke lantai--ia bergerak.
Senyumnya adalah kepalsuan yang mengundang nafsu.
Gelap telah menyulap perih jadi godaan. Lampu-lampu menyorot dengan teganya. Pria-pria berkerah berebut mencuri pandang. Jatuh banyak tatapan d kakinya yang jenjang, berbalut kulit mulus kuning cemerlang.
Di dunia malam ini, uang berbicara lebih keras daripada hati yang berteriak. Membungkam nurani. Membekap perempuan itu.
No comments:
Post a Comment